Pengalaman pahit ketika menyerbu Finlandia rupanya jadi pengalaman berharga bagi Rusia. Negeri ini sadar kalau sniper sebenarnya merupakan elemen dahsyat dalam perang darat. Tak heran bila kemudian dibentuk tim-tim sniper untuk ikut membendung gelombang Operasi Barbarossa yang digelar NAZI Jerman.
Tim petembak jitu dibentuk dengan komposisi terdiri dari 2 orang. Seorang menjadi petembak jitu, sementara yang lainnya adalah pengintai. Taktik temuan Rusia ini terbukti cukup ampuh. Lihat saja yang terjadi di kota Stalingrad. Pasukan Jerman dibuat kepayahan untuk merebutnya. Pasalnya Rusia tak lagi melancarkan strategi konvensional untuk menahan laju pasukan lawan. Mereka juga melancarkan apa yang disebut di kemudian hari sebagai 'perang kota'. Dan dalam perang ini, sniper dijadikan sebagai elemen utama.
Tapi bukan strategi menyebarkan tim sniper saja yang membuat Pasukan Jerman mundur dari Stalingrad pada Februari 1943. Rusia tak sembarangan memilih orang untuk membentuk tim sniper. Mereka umumnya diambil dari pemburu atau orang-orang yang hobi berburu. Dengan demikian, maka urusan bakat dan talenta untuk melontarkan sebutir peluru ke target tak usah ditanya. Pastilah tepat sasaran.
Ilyin Vasili Zaitsev mungkin bisa jadi salah satu contoh dari sekian banyak top rangking sniper asal Rusia. Bermodalkan bakat berburu di Siberia ia berhasil menewaskan sekitar 400 perwira, operator radio dan senapan mesin, hingga petugas penghitung koordinat artileri Jerman. Jadi untuk membentuk tim sniper yang tangguh tak bisa dilakukan dengan sembarang cara.
SUMBER: ANGKASA EDISI KOLEKSI IX - PISTOLS, RIFLES, & MACHINE GUNS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar